Tuesday, December 22, 2009

Festival Tertua Tembang Cianjuran Itu Masih Ada

Festival Museum - Daya Mahasiswa Sunda (Damas) menyelenggarakan kontes musik sunda "Pasanggiri", festival tertua tembang sunda cianjuran, di Graha Sanusi, Unpad, Bandung, selama lima hari sejak Senin.

"Festival yang diselenggarakan sejak tahun 1959 ini merupakan festival tertua untuk kontes tembang cianjuran, maka jadi kehormatan bagi Unpad untuk jadi tuan rumah," ujar Rektor Unpad Ganjar Kurnia pada pembukaan acara itu di Bandung, Senin.

Festival itu merupakan penyelenggaraan ke-19 dan menjadi acara tetap Damas tiap dua tahun sekali, ujar Ketua Panitia Ade Taryana.

Ade mengungkapkan, acara ini memiliki misi untuk melestarikan budaya sunda lewat media sebuah festival.

"Nantinya kami mengharapkan lahir penembang baru yang memiliki kualitas internasional," ujar Ade.

Festival ini akan menghadirkan juri maestro cianjuran Euis Komariah, tokoh cianjuran Enip Sukanda, dan dosen STSI Yus Wiradiredja.

Juri akan menyeleksi 91 peserta dari 13 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat menjadi 10 peserta final. Kabupaten Garut menjadi kabupaten yang mengirimkan peserta terbanyak dengan jumlah 15 orang.

"Festival ini menjadi acuan terpantaunya pembinaan kesenian cianjuran di Kabupaten/Kota se-Jawa Barat. Dilihat dari segi kuantitasnya, semakin banyak sebuah kabupaten mengirimkan peserta, semakin bagus pembinaan seni cianjuran di sana," ujar Ade.

Ade mengatakan, untuk menghasilkan seorang penembang cianjuran yang berkualitas diharapkan adanya sinergi dari pemerintahan daerah dan masyarakat cianjuran. "Kami berupaya menjembatani antara pemerintah dan masyarakat," ujar Ade.

Festival ini akan dibagi ke dalam dua kategori yakni cianjuran dan sekar anyar (tembang cianjuran mutakhir). Babak kualifikasi akan digelar hingga Kamis, dan final akan digelar pada Jum?at (25/12).

Pemenang masing-masing kategori akan mendapatkan hadiah uang tunai dan sebuah kendaraan bermotor, ujar Ade

Wednesday, December 9, 2009

Petani Kumpulkan Koin Peduli Prita

Koin Peduli Prita,Puluhan petani di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan), melakukan aksi spontan pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari, Selasa (8/12).

Menurut Kepala Gapoktan Jati, Taqim, aksi pengumpulan koin untuk Prita memang tak direncanakan. "Namun, saat menggelar rapat bersama di aula kecamatan Jati, ada beberapa anggota yang mengusulkan pengumpulan koin untuk disumbangkan kepada Prita," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, pihaknya menawarkan usulan tersebut kepada 42 anggotanya yang menghadiri rapat tersebut.

Setelah semua anggota setuju, katanya, beberapa anggota menarik sumbangan tersebut ke semua anggota dengan menggunakan kardus bekas yang bertuliskan koin peduli Prita dari Gapoktan Jati.

"Berapa pun jumlahnya, kami akan menyumbangkannya. Hal ini merupakan bentuk solidaritas kami, terhadap Prita yang menjadi korban penegakan hukum yang kami anggap tidak benar," ujarnya.

Ia berharap, sumbangan dari para petani ini bisa ikut meringankan beban Prita, mengingat dalam persidangan melawan RS Omni International, majelis hakim Pengadilan Tinggi Banten mewajibkan Prita membayar ganti rugi sebesar Rp204 juta.

Terkait dengan jumlah uang yang terkumpul, katanya, pihaknya belum menghitung seluruhnya. "Jika jumlah uang yang terkumpul kurang banyak, kami akan mencoba mencari tambahan kepada masyarakat lain yang memiliki kepedulian terhadap Prita," ujarnya.