Sunday, October 11, 2009

Batik, Khazanah Budaya Nusantara

Indonesia sangat kaya akan batik. Beragam corak dan jenis Toko batik bisa ditemukan dari bagian barat hingga timur Pulau Jawa. Secara garis besar, batik Jawa bisa dikelompokkan menjadi batik Keraton Jawa dan batik pantai utara Jawa. Ada dua macam batik Keraton Jawa, yaitu batik Yogyakarta dan batik Solo melengkapi corak Baju Batik Indonesia.
Warna batik tradisional adalah biru-hitam, merah-cokelat atau soga, serta putih. Warna biru-hitam melambangkan keabadian, warna putih melambangkan hidup atau sinar kehidupan dan warna merah-soga memberikan arti kebahagiaan.

Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Semua bentuk motif memiliki makna.

Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya baik untuk batik cap maupun batik tulis. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dulu. Polanya yang terkenal adalah Sidomukti dan Sidoluruh. Batik Solo memiliki warna dominan cokelat soga kekuningan. Motifnya lebih luwes, variatif dan berwarna-warni. Walau berbeda dalam pewarnaannya, kedua batik ini sama-sama menggunakan ukel dan semen-semen.

Konon, karakter yang berbeda antara batik Yogya dan Solo ini berkaitan dengan sikap politik yang berbeda dari Keraton Yogya dan Solo. Keraton Yogya anti-kolonial, sementara keraton Solo pro-kolonial. Hubungan dekat Keraton Solo dengan bangsa Belanda mempengaruhi corak batik mereka menjadi lebih bebas dan luwes, tidak kaku. Sementara Keraton Yogya, yang tegas melawan Belanda, corak batiknya pun tegas.

Penggunaan kain batik ini pun berbeda-beda. Di Keraton Yogya, terdapat pakem mengenai penggunaan kain batik ini. Untuk acara perkawinan, kain batik yang digunakan haruslah bermotif Sidomukti, Sidoluhur, Sidoasih, Taruntum, ataupun Grompol. Sedangkan untuk acara "mitoni" (memperingati tujuh bulanan), kain batik yang boleh dikenakan adalah kain batik bermotif Picis Ceplok Garudo, Parang Mangkoro, atau Gringsing Mangkoro.

Beberapa contoh motif batik klasik Yogyakarta antara lain motif parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar, tumbuhan air, bunga, dan satwa.